Salah satu ciri utama orang beriman adalah sikap menerima perintah Allah dengan penuh ketundukan. Ketika perintah itu datang, ucapan mereka hanya: “Kami dengar dan kami taat.” Ungkapan ini bukan sekadar kata, tetapi prinsip hidup yang dipraktikkan nyata oleh para sahabat Nabi ﷺ.
Salah satu kisah yang menggambarkan ketundukan itu adalah peristiwa perubahan arah kiblat. Ayat-ayat mengenai hal ini sering kita baca dalam salat, namun sejarah yang melingkupinya menyimpan pelajaran besar.
Arah Kiblat Sebelum ke Ka’bah
Pada awal masa hijrah, Nabi Muhammad ﷺ menghadap ke Baitul Maqdis di Palestina selama 16 atau 17 bulan. Namun beliau sangat merindukan untuk menghadap ke Masjidil Haram. Doa itu pun dikabulkan, dan Allah ﷻ menurunkan firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 144:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَاۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
“Sungguh Kami telah melihat wajahmu menengadah ke langit, maka pasti Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Maka arahkanlah wajahmu ke Masjidil Haram…”
(QS. Al-Baqarah: 144)
Turunnya ayat ini disambut penuh kegembiraan oleh Nabi ﷺ. Beliau segera memerintahkan para sahabat untuk mengubah arah salat menuju Ka’bah.
Sahabat Berputar Arah di Tengah Salat
Ketika ayat itu turun, ada sekelompok sahabat yang sedang melaksanakan salat Asar. Mereka belum mengetahui perubahan tersebut sehingga tetap menghadap ke Baitul Maqdis. Tiba-tiba seorang sahabat datang dan menyerukan dengan suara lantang bahwa arah kiblat telah berubah.
Yang menakjubkan, para sahabat yang sedang salat itu tidak menunggu hingga selesai. Bahkan ketika mereka sedang dalam posisi ruku’, mereka langsung memutar tubuh menghadap ke Masjidil Haram. Tanpa menunda, tanpa ragu.
Ini adalah gambaran nyata bagaimana mereka menerima perintah Allah ﷻ: spontan, tulus, dan penuh kepatuhan.
Pujian Allah untuk Orang-Orang Beriman
Sikap seperti inilah yang dipuji Allah ﷻ dalam firman-Nya pada Surah Al-Baqarah ayat 285:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang beriman… Mereka berkata: ‘Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami wahai Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat kembali.’”
(QS. Al-Baqarah: 285)
Ayat ini menggambarkan ciri orang-orang beriman yang selalu menerima perintah Allah dengan lapang dada dan penuh sukacita. Barang siapa menerima perintah Allah dengan hati yang tenang dan siap menjalankannya, maka Allah akan memudahkan baginya ketaatan itu serta menumbuhkan kenikmatan beribadah dalam hatinya.
Barakallahu fiikum wa jazakumullahu khairan. Semoga kisah ini menjadi penguat iman dan pengingat indahnya ketundukan kepada Allah ﷻ.
sumber: Ust. Hasbi Halid, Lc., M.A





Leave a Reply